Hawa yang Pesakitan
Perempuan, kenapa kau selalu saja membuat masalah. Andai saja Hawa tak memakan buah haram itu, mungkin manusia tak akan diturunkan ke bumi. Mungkin saat ini seluruh manusia akan menikmati hidup di surga. Ough betapa nikmatnya! Belum cukup puaskah kau merenggut kebahagian seluruh umat manusia, termasuk kebahagianku?
Kau egois, perempuan. Tak juga kau sadari bahwa dirimulah sumber petaka kehidupan di dunia ini. Andai kau sedikit saja dapat menahan berahimu untuk tak memakan buah haram itu, kita manusia tak akan turun ke alam fana ini. Kita akan kekal hidup selama-lamanya di syurga. Neraka tak akan diciptakan.
Sekarang, kau tetap tak berubah. Kau tetap saja buat masalah. Ada-ada saja. Kau buat orang seantero jagat ribut gara-gara goyang pinggulmu. Apa sih hebatnya. Cuih! Kau senang rupanya menjadi bahan pergunjingan orang-orang yang menjadi idiot karenamu.
Kau sungguh narsis, perempuan. Kau merasa setiap jengkal tubuhmu adalah keindahan. Lekuk tubuhmu sengaja kau tonjolkan. Kau bilang seksi. Giliran ada orang melihat, kau bilang mata keranjang. Jangan kau salahkan bila ada orang yang menggodamu, bukankah kau sendiri yang mengundangnya. Kau adalah sumber petaka!
Kau egois, perempuan. Sudah begitu menyebalkan dirimu bila kuingat sejarah kesalahanmu yang panjang, kau masih pula menyalahkan pasanganmu. Kau bilang lelakilah sumber segala permasalahan. Enak saja. Tak sadarkah, atau pura-pura bodohkah dirimu akan kesetian Adam yang rela turun ke bumi gara-gara ulah begomu itu. Andai saja dia egois, dia tak sudi menemanimu turun ke bumi yang gersang ini. Dia bisa saja minta tuhan untuk menciptakan makhluk lain, yang mungkin namanya bukan perempuan. Apapun lah.
Sudah begitu, kau masih bilang tuhan tak adil. Apalagi ini, kau sungguh tak tahu diri. Sudah salah, malah balik menyalahkan orang lain, Tuhan pun kau salahkan. Andai saja aku Tuhan, kau pasti kukutuk agar lelaki tak tertarik lagi padamu. Mampuslah kau. Kalau sudah begitu, kau mau apa.
Perempuan, maaf kalau aku memandangmu sinis. Itu bukan karena aku laki-laki. Bukan. Aku di sini bisa berarti siapa saja. Laki-laki juga perempuan. Tentu saja perempuan yang sadar diri. Tentu juga laki-laki yang bisa menempatkan diri. Bukan laki-laki yang hanya mengeksploitasi tubuhmu. Bukan perempuan yang dengan bangga menyerahkan mahkotanya.
Cukup sekali saja Hawa melakukan kesalahan. Cukup sekali saja Adam lalai tak mengingatkanmu ketika kau melakukan kesalahan. Seharusnya kalian saling mengingatkan.
Jangan pula kau anggap aku di sini sebagai Tuhan. Aku sama seperti kalian. Aku juga cucu Adam-Hawa. Tapi aku yang telah menjelma menjadi wujud lain. Bukan laki-laki tak juga perempuan. Mulai sekarang, kalian tak perlu saling menyalahkan. Sebaliknya, kalian harus saling mengingatkan. Itu semua demi mencapai hidup keabadian kelak setelah kehidupan fana ini.
2 penitip luka:
terima kasih atas penilaian yg sepertin itu tentang wanita. tapi sebegitu burukkah citra wanita yg kau pikirkan ? BUKANKAH ORANG YG MELAHIRKANMU JUGA WANITA?
ya...mungkin penilaianmu yg sperti itupun tidak bisa dipersalahkan/...........
1:48 AM
semoga yang menulis pesan dengan anonymous adalah seorang perempuan, sehingga suara itu setidaknya bisa mewakili suara perempuan.
penilainaku yang seperti itu, bagaimana maksudnya? Cobalah kalau baca, dituntaskan, biar plong. saya tak mengecap perempuan buruk. Hawa yang pesakitan, itu karena penilaian yang tidak proporsional dari kaum laki-laki, dan juga kesalahan perempuan sendiri, yang kadang tak bisa menemptakan diri.
9:50 AM
Post a Comment
<< Kembali ke gerbang luka