Yang Terabaikan
seri Lomba Blog
Aku terdiam dengan tatapan kosong. Ditanganku masih melekat ponsel yang baru saja kuaktifkan setelah kutinggalkan tidur semalam. Tak kusangka, orang yang selama ini telah lama berlalu dari keseharianku, ternyata masih mengingatku di hari yang spesial ini.
Aku merasa selama ini telah menjadi pribadi lain. Jangankau kau, kawan. Aku pun sendiri hampir tak ingat siapa diriku. Aku kini seolah robot yang telah dikendalikan oleh rutinitas, yang melakukan sesuatu atas dasar pesanan, tuntutan profesi.
Inisiatif, kata ini hampir-hampir telah terbungkus rapat di masa laluku. Yang ada sekarang adalah kepenatan, keramaian yang membuatku tak sempat untuk merenungkan segala hal yang meski sepele, walau cuma sejenak.
Aku hampir kehilangan air mata. Segala kehidupan telah kudapatkan dari layar kaca. Dari sinetron penunjuk hidayah, hingga siraman rohani yang dikonteskan laiknya tayangan komersil. Sampai-sampai aku tak dapat membedakan mana yang benar-benar air mata, mana yang cuma berpura-pura.
Pun dengan sms-sms lebaran yang memenuhi di kotak pesan ponselku. Mungkin saja ini semua hanya tipuan belaka. Hanya kepura-puraan yang disebarkan dengan sekali tombol otomatis.
Tapi kini kau mengetuk pintu hatiku lewat barang yang tak jauh beda dari layar kaca itu. Kau yang justru kulupakan, kini hadir mengingatkanku.
Aku tak menyangka. Harus dengan cara apa aku menyampaikan rasa terima kasihku padamu, teman. Mungkinkah kau adalah jelmaan malaikat yang sengaja diutus untuk mengiriku sms. Entahlah.
Sebagai ucapan terima kasihku padamu, aku sempatkan untuk membalas smsmu yang pertama kali. Setelah itu, aku akan membaca-baca lagi sms-sms yang lain. Barangkali masih ada yang terselip diantara kealpaanku. Aku akan menyempatkan membalas semua sms itu, tanpa membedakan mana yang tulus, dan mana yang (mungkin) berpura-pura.
0 penitip luka:
Post a Comment
<< Kembali ke gerbang luka