EMBUN KEHIDUPAN: Surat Terbuka

Saturday, October 21, 2006

Surat Terbuka

seri Lomba Blog

Dear xxxx

Tak seharusnya aku memanggilmu "Kekasih". Tak seharusnya pula aku membiarkanmu merindukan sapaan mesra itu. Aku berharap, ini terakhir kali aku memanggilmu dengan kata "sayang".

Setelah selesai kau baca surat ini, lupakan aku. Lakukan sebisamu. Kau akan membenciku, mengecapku sebagai pengecut, pengkhianat, buaya.... terserah. Sebut apa saja, yang penting kau bisa melupakanku.

Aku tak akan lagi memanggilmu "sayang". Aku akan mencegahnya ketika kau memanggilku dengan sapaan itu. Jika kau masih tetap memanggilku kekasih, dengan sangat menyesal, aku pun tak akan menanggapinya lagi.

Harus kukatakan, aku sebenarnya tak nyaman dengan panggilan itu. Aku senang kau manja, tapi ini pula yang membuatku makin bersalah padamu. Aku tak bisa melanjutkan hubungan ini, ketika harus memilih salah satu diantara kalian.

Telah kukatakan padamu, pun juga pada dia. Ini adalah kelemahanku. Aku tak bisa untuk tak berbalas rasa bila seseorang memberikan perhatian padaku. Lelaki mana sih yang tak suka bila diperhatikan?

Apalagi kau selalu saja mendesakku tentang perasaanku kepadamu. Harus bagaimana aku menjawabnya. Meski aku sendiri tak yakin, agar kau dan juga dia tak kecewa, kukatakan jika aku juga punya perasaan yang sama.

Rupanya yang kulakukan ini justru pada akhirnya akan melukai banyak perasaan, kamu, dia.... Kukira kalian akan mengerti. Aku sudah berusaha untuk belajar mencintai, membalas perasaanmu. Tapi belakangan kalian menuduhku, jika selama ini aku cuma pura-pura cinta, kasihan atau lebih parah lagi, karena nafsu.

Ini memang bukan salahmu, aku lah yang lebih patut disalahkan. Aku yang tak bisa menahan diri, untuk tak membalas setiap perasaan kalian. Ya, aku lakukan itu atas dorongan nafsu, tapi bukankah kamu juga menyadarinya. Lalu mengapa kau menerimanya?

Sudahlah, aku tak mau mencari kambing hitam. Oke, aku salah. Cap buaya itu memang lebih pantas untukku. Aku tak akan menyangkalnya lagi. Aku memang lelaki buaya. Toh selain kalian berdua, masih ada lagi perempuan lain yang tengah menahan luka. Oleh karenanya, aku ingin mengakhiri semuanya.

Maafkan aku. Semoga dengan kenyataan ini, ada alasan bagimu untuk meninggalkanku. Percayalah, ketika aku tak memilihmu, aku pun tak akan memilih dia.

Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir bathin. Semoga kau lekas menemukan kekasih yang benar-benar tulus untuk mencintaimu seorang. Salam sayang untuk terakhir kalinya.


PS: Surat ini kusampaikan kepada seseorang yang pernah menganggapku sebagai kekekasih.



1 penitip luka:

Blogger Luluk Amalia goreskan luka...

hmmmmmmm
gadis mana yang tidak merasa mantap yakin bahwa lelaki ternyata buaya adalah kekasihnya, jika setiap relung jiwany kosong sang arjuna itu hadir u memberikan sapaaan bahkan pelukan hangat............

6:18 PM

 

Post a Comment

<< Kembali ke gerbang luka