EMBUN KEHIDUPAN: Sampai Jumpa Esok

Tuesday, August 15, 2006

Sampai Jumpa Esok

Baru saja bisa sedikit lega, kali ini batinku kembali berguncang melihat kau kembali merintih kesakitan. Aku membututimu ketika mereka membawamu menuju sebuah ruangan. Cairan merah terus mengucur hingga berceceran di sepanjang jalan yang kau lewati. Kepalamu naik turun, kekiri-kekanan, nafasmu seperti tersumbat. Berkali-kali nama suci itu kau sebut berulang-ulang.

Apa yang telah dilakukan orang-orang itu padamu. Aku menyesal tak berada di sampingmu. Aku menyesal keluar dari ruangan itu sehingga aku tak tahu persis apa yang telah mereka lakukan padamu. Mungkinkah mereka salah mengambil tindakan?


Baru saja bisa sedikit lega, kali ini batinku kembali berguncang melihat kau kembali merintih kesakitan. Aku membututimu ketika mereka membawamu menuju sebuah ruangan. Cairan merah terus mengucur hingga berceceran di sepanjang jalan yang kau lewati. Kepalamu naik turun, kekiri-kekanan, nafasmu seperti tersumbat. Berkali-kali nama suci itu kau sebut berulang-ulang.

Apa yang telah dilakukan orang-orang itu padamu. Aku menyesal tak berada di sampingmu. Aku menyesal keluar dari ruangan itu sehingga aku tak tahu persis apa yang telah mereka lakukan padamu. Mungkinkah mereka salah mengambil tindakan?

Ya, kudengar dari percakapan orang-orang itu, ada yang salah. Aku memang tak tau persis istilah-istilah yang mereka gunakan. Tapi aku menangkap isyarat ada yang tak beres baru saja terjadi padamu. Mungkin saja kau dijadikan bahan praktek anak-anak ingusan yang ingin sok jadi pahlawan itu. Tapi aku tak tau pasti, karena saat itu aku keluar ruangan. Aku mulai curiga ketika beberapa orang berhamburan keluar ruangan terlihat panik. Benar saja, saat itu kau tak sadarkan diri.

Yang jelas, saat ini kau kembali terbaring di ruang pengap itu. Aku gagal menyembunyikan air mataku ketika kau minta aku mendekat di sampingmu sambil kau memintaku memegang jari tangan kananmu. Entah seperti apa yang kau rasakan saat itu, dunia bagimu mungkin sudah gelap. Kau memintaku memaafkan segala kesalahanmu. Ini hampir seperti yang kusaksikan beberapa tahun lalu, ketika hanya aku seorang diri menyaksikan orang yang kita sayangi itu dalam kondisi sekarat, tanpa kau, tanpa orang-orang yang seharusnya ikut serta menemaniku. Aku bertahan menanggung sendiri. Batinku makin teriris-iris bicaranya mulai ngelantur. Aku tak ingin kehilangmu, pun juga dia.

Esok pagi, di saat matahari belum tampak kemerahan, aku akan menungguimu kembali. Maafkan malam ini aku tak dapat menemanimu. Maafkan untuk doa yang belum sempat kupanjatkan, pesan yang belum kusampaikan. Aku terlalu sibuk mengatasi kegundahan perasaanku. Malam ini aku akan membekali diri untuk menemuimu esok hari. Percayalah, aku akan lebih kuat menghadapi segala keadaanmu.

Semoga malam ini kau bisa tertidur nyenyak, melupakan sejenak kesakitanmu. Anggap saja catatan harian ini oleh-oleh untukmu ketika kau akan membacanya ulang suatu saat nanti.

7 penitip luka:

Blogger farahPutri goreskan luka...

Sampai jumpa besok juga..buat siapa nih maxudnya??hihi..aku paling gak bisa buat puisi2 semacam ini..tetap terluka ya!(loh)

Udah lama nih gak mampir ke blog ku..hix hix

5:47 PM

 
Blogger dheweeq goreskan luka...

aku harap dia cepat sembuh.tetep tabah ya.Gombate!!!

1:11 AM

 
Blogger udin goreskan luka...

@farah, aku dah mampir lagi kok... gimana kalau barter, aku bikinkan u puisi (yang nggak puitis), n u bikinkan aku banner:)

10:42 AM

 
Blogger udin goreskan luka...

@dewi, thanks for your pray.

hw about your new collegues, bilang ya kalau dah dapat gebetan yang baru, hi...

10:46 AM

 
Blogger zen goreskan luka...

Bartermu ora modal. Mosok banner dituker puisi? Hehehe.... mesake Chairil Anwar

8:52 AM

 
Blogger udin goreskan luka...

halah, bilang aja iri.. hihi...

man, ceritamu makin tajam saja... lagi belajar nyufi ya:)

12:13 AM

 
Blogger zen goreskan luka...

Sebenarnya ini bukan barang yang baru-baru amat. Saya ini kan rusak itu sekarang. Dulu mah gak. Rada2 asketik gitu deh.. hehehe. Sekarang pikiranku memang belakangan kerap mampir ke mana-mana. Anehnya, buku-buku di rak yang paling mudah kujangkau adalah buku-buku kaya gituan, kaya Belerang Merah-nya Muhyidin al-Arabi, Diwan-nya Hallaj, dll. Kerasukan deh. Jangan lupa, mapir lagi ke blog ku ya. Satu atau dua hari ini, akan ada postingan baru. (postscript: mbok namaku yang kau pajang di jejaring luka tuh diganti. kalo bisa cukup nama pejalanjauh saja. Jika pun kau bersitegang leher untuk majang nama asli, pajanglah nama "ZEN" bukan "ZEIN"!)

6:22 AM

 

Post a Comment

<< Kembali ke gerbang luka