EMBUN KEHIDUPAN: Menunggu Mukjizat

Friday, June 30, 2006

Menunggu Mukjizat

Kau ingin menolong kami. Menolong apa, menolong untuk apa? Bukankah kau dan teman-temanmu itu yang membuat kami seperti ini. Kalian tau kami sedang menerima musibah, tapi kalian malah menambah beban kami. Mending kalian pakai istilah lainnya. Jangan bilang ingin menolong kami.

Kalian telah mempermainkan kami setelah kau sampaikan kebohongan atas sandiwaramu dan teman-temanmu itu. Kau tikam satu diantara kami, kemudian kau bilang, aku ingin menolongmu. Bah!
Kau ingin menolong kami. Menolong apa, menolong untuk apa? Bukankah kau dan teman-temanmu itu yang membuat kami seperti ini. Kalian tau kami sedang menerima musibah, tapi kalian malah menambah beban kami. Mending kalian pakai istilah lainnya. Jangan bilang ingin menolong kami.

Kalian telah mempermainkan kami setelah kau sampaikan kebohongan atas sandiwaramu dan teman-temanmu itu. Kau tikam satu diantara kami, kemudian kau bilang, aku ingin menolongmu. Bah!

Kau rebut hati orang terdekat kami untuk berterima kasih atas jasa-sandiwaramu. Tidak, kau yang menciptakan semua ini. Kalaupun akhirnya kami harus melakukannya, itu karena terpaksa.

Aku sangat menyesal, tak berkutik kendati menyadari berada dalam perangkap kalian. Aku ingin membrontak, tapi hingga kini kalimat itu belum selesai juga kurangkai. Ada persoalan yang lebih penting yang harus kukerjakan lebih dulu. Maka untuk saat ini akan kuikuti permainan kalian.

***
Tuhan, hingga kini kami masih mempercayaimu. Tapi kenapa kau tak juga menunjukkan kekuatanmu untuk melindungi kami. Kau biarkan kami menanggung beban ini.

Memang semua ini kami ciptakan sendiri. Kami salah, tapi mereka memanfaatkan kesempatan ini. Mereka mendholimi kami yang sedang kesusahan.

Saat itu tak ada yang datang menolong kami. Bahkan Tuhan, Kau pun tak hadir di saat-saat kami membutuhkan kekuatannya. Tapi kami masih punya keyakinan, Kau akan berbuat sesuatu untuk kami. Entah kapan, atau mungkin sudah dilakukan, tapi tak mengetahuinya.

Kami masih menunggumu. Yach, kalau Kau keberatan menurunkan tangan-tangan kekuasaanmu secara langsung, kau bisa tunjukkan kami bagaimana merangkai kalimatmu, kebenaran yang akan terus kami yakini.

0 penitip luka:

Post a Comment

<< Kembali ke gerbang luka