Perjalanan dari Kota Tua
Akhirnya kau ceritakan semuanya kepadaku malam itu. Tentang tabir yang selama ini kau tutup rapat. Tentang gejolak batin yang memenuhi seluruh isi kepalamu.
Aku menatapmu dalam-dalam. Bukan menyimak ceritamu, tapi mencari bentuk yang hilang dari dirimu. Sulit sekali kurangkai sketsa wajahmu sepuluh tahun yang lalu. Ketika sebuah subuh kau bertolak menuju kota itu, tempat yang akhirnya membuatmu terasing dari dunia asalmu.
Akhirnya kau ceritakan semuanya kepadaku malam itu. Tentang tabir yang selama ini kau tutup rapat. Tentang gejolak batin yang memenuhi seluruh isi kepalamu.
Aku menatapmu dalam-dalam. Bukan menyimak ceritamu, tapi mencari bentuk yang hilang dari dirimu. Sulit sekali kurangkai sketsa wajahmu sepuluh tahun yang lalu. Ketika sebuah subuh kau bertolak menuju kota itu, tempat yang akhirnya membuatmu terasing dari dunia asalmu.
Sejatinya ceritamu itu bukan berita baru bagiku. Aku sudah bisa menebakbnya. Tapi aku senang kau terbuka, aku tak sempat berpikir apakah kau tak menceritakan semuanya. Mungkin saja masih ada rahasia yang sengaja tak kau buka. Seandainya benar, maka kau salah besar. Semuanya sudah terungkap. Bukan lewat ceritamu itu, tapi dari apa yang kusaksikan. Aku bisa merasakan kepedihanmu saat ini. Setiap kali kumengenangmu, tersayat-sayat batin ini.
Sepanjang perjalanan itu aku memikirkanmu. Apakah kau akan sanggup melanjutkan hidup ini. Diantara keraguan, kuyakinkan bahwa kau mampu melewati semuanya ini. Semoga saja setelah ini akan ada jalan yang lurus untukmu.
2 penitip luka:
wow.. saya suka ilustrasinya. dan juga kata-katanya.
mau dibikinin banner juga?
email saya saja ya :D
9:46 AM
sekalian dibikinin coklat, bisa? he...
>^^<
7:41 PM
Post a Comment
<< Kembali ke gerbang luka