Lembut daun bibirmu menyisa di ubun-ubun
mengeras menyapa setiap perjumpaan
pada bidadari-bidari yang menawar rasa.
nafasku tersengal pun jantung berguguran
bersujud di dasar berahi dibalik ombak rambut lehermu
seraya menghela nafas, kenapa aku masih mengingatmu
ketika seribu bidadari telah terjerat perangkapku.
aku hendak bermain-main tanpa mengenangmu
merasai secawan-anggur-beserta tubuh
para bidadari menanti luka
1-2-3 .... aku tak hendak membalasmu