serpihan kelam
Lembut daun bibirmu menyisa di ubun-ubun
mengeras menyapa setiap perjumpaan
pada bidadari-bidari yang menawar rasa.
nafasku tersengal pun jantung berguguran
bersujud di dasar berahi dibalik ombak rambut lehermu
seraya menghela nafas, kenapa aku masih mengingatmu
ketika seribu bidadari telah terjerat perangkapku.
aku hendak bermain-main tanpa mengenangmu
merasai secawan-anggur-beserta tubuh
para bidadari menanti luka
1-2-3 .... aku tak hendak membalasmu
2 penitip luka:
melankolisnya sastrawan ini,
sulitnya bagimu untuk melupakannya menjadi salah satu alasanku ingin jauh darimu
1:04 AM
aku ingin jauh dari dia, mereka dan kau. bukan karena sulit menghapus namanya (dia), tapi karena konsekwensi. entah kapan aku memulai lagi permainan seperti ini, atau mungkin aku tak akan mencoba lagi.terima kasih, semoga kau menemukan yang terbaik.
6:45 PM
Post a Comment
<< Kembali ke gerbang luka