Kututup Buku Harian Ini
Pernahkah kau mendengar sebuah lagu lama disela waktu senggangmu menikmati secangkir kopi atau diantara waktumu menikmati udara semilir di suatu senja?
Dengan irama rendah, kuputar lagu itu. Tiba-tiba saja aku seperti membuka-buka kembali catatan harian yang telah lama tak kuisi lagi. Apakah kau juga merasakan hal yang sama?
Pernahkah kau mendengar sebuah lagu lama disela waktu senggangmu menikmati secangkir kopi atau diantara waktumu menikmati udara semilir di suatu senja?
Dengan irama rendah, kuputar lagu itu. Tiba-tiba saja aku seperti membuka-buka kembali catatan harian yang telah lama tak kuisi lagi. Apakah kau juga merasakan hal yang sama?
Setiap lagu memiliki kisahnya sendiri. Lagu A mengingatkanku pada suatu peristiwa ketika pertama kali aku mengenal persahabatan dengan lawan jenis. Kapan peristiwa itu terjadi, aku sudah hampir lupa persisnya. Mungkin saat aku baru pertama kali masuk di SMU. Ya, ya aku ingat. Dia nangis, dia nangis terisak-isak. Mukanya disembunyikan dibalik bangku kelas baruku itu. Ah, aku tak mau mengingatnya lagi, aku malu. Tapi lucu juga, he .....
Sementara lagu B membawaku pada suatu peristiwa di mana aku tengah dimabuk asmara dengan seorang perempuan teman seangkatanku. Aku sudah mengincarnya sejak masih duduk di semester awal. Lagu itu mewakili perasaanku saat itu. Aku sering memutarnya, menirukan suara sang vokalis, membayangkan aku yang sedang menyanyikan lagu itu di depan seorang gadis cantik berparas ayu, dengan membawa setangkai bunga mawar yang masih basah, atau aku yang memetik melodi gitar itu dengan petikan yang romantis, oh ......
Ya, bagiku lagu seringkali mewakili perasaanku yang tengah merindukan kehadiran seorang perempuan. Lagu itu mampu mengobati kegundahan hatiku saat itu. Maka kupilih lagu yang sesuai dengan mood. Lagi senang, lagi sedih karena patah hati, tinggal pilih saja. Lagu pun diputar sesuai pesanan situasi perasaan saat itu.
Eits, tapi tidak semua lagu lama itu mengingatkanku pada kisah romantisme asmara yang membuatku selalu ingin memutarnya kembali. Diantara lagu-lagu lama itu membawaku pada sebuah keadaan hingar bingar masalalu. Di tempat yang hingga saat ini masih setia menemani tidur siang-bolongku itu, tak lagi kujumpai lagi orang-orang yang dulu pernah bercanda denganku di tempat ini. Cerita hari ini telah berubah.
Lagu yang terakhir kuputar siang tadi, kini sudah beralih rasa. Lagu yang dulu kuputar dengan suka-cita, kutirukan setiap baitnya, kuputar hingga berulangkali, kini setiap petikan, setiap baitnya terasa menyayat-nyayat kenangan lamaku. Sudahlah, kututup saja buku harian ini.
4 penitip luka:
lagu apakah itu mas Udin??..=)
11:57 PM
bicara ttg lagu..
ah,gak usah diceritain,kalo prangnya baca,bisa GR dia..hihihi..
4:37 AM
makasih... makasih atas komentarnya.
lagu apa ya, hihi....
tak istimewa amat sih lagu itu, cuma lagu itu memiliki kisahnya sendiri. ia mengingatkan akan sesuatu yang pernah terjadi.
7:01 AM
This comment has been removed by a blog administrator.
7:06 AM
Post a Comment
<< Kembali ke gerbang luka