EMBUN KEHIDUPAN: Durhaka

Monday, December 11, 2006

Durhaka

kutatap kembali wajahmu sepuluh tahun lalu
pada album tua yang tak pernah kurengkuh
secercah cahaya di hadapanmu mengembang
mengisahkan kemenanganmu sepuluh tahun mendatang

sepuluh tahun lalu, kau peras keringatmu menjadi darah
ketika jalanmu tegap, memikul beban di jalan setapak
di sawah kita yang terbentang luas memisah bukit
menambah jarak tempuh ke rumah kita

sebelum akhirnya kini jalanmu membungkuk, tanpa beban
sekalipun di atas pundakmu, kepada anak-anakmu kau berpesan
"Nak, takutlah kepada tuhan"

sepuluh tahun berlalu, sawahmu bukan bertambah ibarat menabung
hutang setiap bulan kau bayarkan hingga semua yang kau miliki menyusut
seperti kulit di sekujur ragamu.

apa yang kau dapatkan bukan apa yang kau angankan
kini tanammu layu, lalu roboh menimpamu
orang yang telah sepuluh tahun merawatnya

"ayah, bukan aku yang menebangnya" ucap anak bungsumu.

kau terlanjur menyumpah pohon petaka itu sebelum mulutmu
terkunci oleh anak-anakmu yang telah mendurhakaimu.

0 penitip luka:

Post a Comment

<< Kembali ke gerbang luka