EMBUN KEHIDUPAN: Panggilan Baru untukku

Wednesday, January 17, 2007

Panggilan Baru untukku

Om...om... om.... gadis kecil itu berlari kecil menyambut kedatanganku. Belum sempat aku memeluknya, ia sudah melingkarkan kedua tangannya ke kakiku. Ia mendekapku erat. Entah apa yang dia rasakan. Kangen kepada omnya ini, atau ia malah mengira aku adalah ayah yang sempat ia jumpai ketika umurnya belum genap satu tahun.

"Lia anaknya bapak siapa," tanyaku suatu ketika dengan logat bahasa Jawa.
"Bapak Om, bapak om..." jawabnya.

Kuulangi lagi pertanyaan itu. Ia kembali memberikan jawaban yang sama. "Bapak om..."

Aku geli mendengarnya. Ia mengira aku bapaknya. Kalau ada cewek yang mendengar, ini bisa mematikan pasaran. Ah tidak. Guyonan ini segera kubuang. Aku menelan ludah. Glegek!!! Batinku teriris ketika kembali menatap mata keponakanku itu yang polos.

Dia mengira aku ayahnya. Dia ingin adanya sosok ayah yang selalu di sampingnya. Menjaga, menggendong, dan menemaninya bermain. Apapun panggilan untuk sosok ayah itu. Tak peduli om, pak de, tante. Kendati ia memanggilku om, baginya panggilan itu mempunyai arti yang sama dengan ayah atau bapak. Bapak Om. Atau mungkin ia mengira nama bapaknya itu om. Ya aku ini.

Tiap kali bertemu ia makin bertingkah manja saja denganku. Kemanapun aku berjalan, ia ingin membuntutiku. Aku sholat, ia duduk di sebelah. Aku duduk dikursi, ia naik ke pangkuan. Aku tidur, ia menunggui. Betapa patuhnya dia kepadaku. Tapi sedikit saja aku menolak ajakannya, ia ngambek. Apa yang ada ditangannya langsung dibanting lalu menangis. Ia sepertinya jengkel karena diacuhkan. Aku paling tak tega kalau melihatnya menangis.

Akupun menjadi kangen bila lama tak pulang ke rumah. Tapi bila sering menemuniya, aku akan sering melukainya, karena sebentar kemudian pergi meninggalkannya. Dan ia akan mencariku sepanjang hari, kemana om pergi. Atau dia akan menengoki kamarku, apakah om nya sudah pulang. Seperti saat pulang kampung minggu ini, ia menungguiku hingga malam setelah dikabari aku akan pulang. Aku merasa bersalah sekali ketika mengetahuinya dari ibu. Padahal malam itu aku tak jadi pulang. Aku baru pulang keesokan harinya.

Labels:

2 penitip luka:

Anonymous Anonymous goreskan luka...

:((
jadi nangis...kyaknya sedih banget denger cerita nie...
mungkin memang ada tanggung jawab bagi anda, jikalau Ia memang menganggap anda yang mampu membimbingya...

*wah soktau aku ni*
salam kenal

5:22 PM

 
Anonymous Anonymous goreskan luka...

sama :)

test test http://bimoseptyop.blogspot.com

6:29 AM

 

Post a Comment

<< Kembali ke gerbang luka