EMBUN KEHIDUPAN: Sayang, kuragukan perasaanku....

Thursday, May 03, 2007

Sayang, kuragukan perasaanku....

Pada mulanya adalah iseng. Tak ada niat untuk menjalin hubungan lebih serius. Tapi selanjutnya aku menjadi ketagihan. Ada rasa rindu, cemas, sepi dan pada akhirnya merasa kehilangan bila sehari saja tak menyapamu. Benarkah kini aku diam-diam --atau secara sadar tapi aku belum mau mengakuinya-- hatiku telah terjerat oleh pesona matanya yang datar, garis alis mata yang tipis, lekuk mungil hidung yang runcing, barisan bibir yang melipat, semua yang ada pada dirinya yang pada awal perjumpaan serasa tak ada yang istimewa.

Malam ini, di persimpangan bertambahnya usiaku, kembali aku bertanya: benarkah dia perempuan yang kusimpan untuk berlama-lama singgah di ruang terdalam hatiku?

Jujur, hingga malam ini aku belum yakin. Ada hasrat untuk melanjutkan petualangan. Hati ini seperti belum tenteram dengan pilihan saat ini. Mata ini masih ingin melirik perempuan lain.

Lalu, kalau memang belum yakin, kenapa tak kutinggalkan saja dia. Bukankah dia pasti akan merasa kecewa, merasa dibohongi ketika mengetahui keraguanku ini . Itu masalahnya. Aku seperti tak pernah punya waktu yang cukup untuk menuntaskan jawaban atas kebimbangan ini. Maka kupilih melanjutkan hubungan dengannya. Aku juga tak mau bila di kemudian hari aku akan kecewa, meninggalkannya saat ini namun akan merindukannya kemudian, seperti yang kualami pada kisah awal petualanganku.

Sambil menunggu waktu yang cukup untuk menuntaskan kegalauan perasaan ini, kujalani saja hubungan dengannya ini seperti sedia kala. Tapi aku akan sedikit mengurangi tekanan-tekanan yang akan lebih membuatnya terkesan. Aku tak mau jika dia menjadi makin berharap ingin memilikiku.

Sayang, maafkan aku, jika mulai malam ini aku akan mengurangi rasa sayangku padamu. Aku akan belajar bagaimana melepas ketergantungan padamu. Merasakan bagaimana menahan kerinduan. Aku meragukan rasa yang telah kuungkapkan padamu selama ini untuk mencari jalan keyakinan bahwa kau benar-benar yang kupilih.

Jika memang pada akhirnya aku tak bisa melakukan semua ini, maka aku akan memutuskan untuk memberikan sepenuhnya rasa sayangku padamu. Aku tak ingin ingkar dengan perasaanku jika memang pada akhirnya nanti aku tak bisa menghindar sehelai saja dari rasa sayangmu.

Namun jika memang pada akhirnya atau di tengah jalan aku bisa merasakan ketidakhadiranmu, keberjarakan yang kuciptakan tanpa rasa kehilangan, aku juga tidak akan membohongi perasaanku bahwa aku sebenarnya tak sepenuhnya berhasrat ingin memilikimu.

Sayang, jika kau mendengar kabar kegalauan perasaanku ini, aku juga akan menerima jika kau akan melakukan hal yang sama. Lakukan saja tanpa beban, jalani dengan riang. Satu hal yang perlu kau ketahui, hingga malam ini kau masih menjadi perempuan yang istimewa meski ucapan selamat darimu datang di urutan yang kedua.

Labels:

2 penitip luka:

Anonymous Anonymous goreskan luka...

merasa ragu berarti belum dapat menghargai keputusan yang dibuat oleh diri sendiri
layaknya sebagai seorang manusia, selalu saja merasa kurang dan kurang puas....
melihat yang lebih baik atau lebih dekat maka timbul kebimbangan...
kalau memang sudah membuat keputusan untuk memilih mengapa masih gayung bersambut untuk orang lain...
belum bisa tegas atau memang tidak bisa tegas untuk memilih?...
jangan hanya karena keunggulan pribadi membuat kita merasa layak mempermainkan orang lain untuk melengkapi jejak petualangan kita...
selayaknya menyadari bahwa perasaan hati bukan petualangan yang harus penuh liku permainan bung!
Semoga kelak mendapat yang layak dan tidak dipermainkan oleh hati sendiri.


Salam,
Jo

3:40 AM

 
Blogger admin goreskan luka...

balada banget nih :P

4:32 PM

 

Post a Comment

<< Kembali ke gerbang luka