EMBUN KEHIDUPAN: November 2006

Sunday, November 19, 2006

Maaf Jika Kemenanganku Melukaimu....

"Janganlah dirimu menjadi sesumbar ketika berada di atas. Bersikaplah rendah diri kepada sesamamu. Tahukah kau, dibalik kesuksesanmu ada orang-orang yang tersakiti."

Sesosok yang telah lama hilang dalam hidupku, begitu saja hadir menemuiku semalam sewaktu menerima penghargaan pemenang lomba blog. Dia adalah orang yang pernah membawaku pada puncak kesuksesan meraih juara lomba saat aku masih duduk di bangku sekolah. Dia yang diam-diam bersemayam menjadi guru spiritualku.

Sontak saja, aku tak sanggup menatap orang-orang yang ada di hadapanku. Segera kualihkan pandanganku ke arah sandalku yang mulai lusuh. Aku tak ingin menatap mereka lagi, seraya membusungkan dada, dan berkata "Akulah pemenangnya, terbaik dari yang terpilih".

Inilah yang tidak kuinginkan dalam sebuah pertandingan semacam lomba itu. Siapapun yang menang tiba-tiba saja merasa besar, padahal belum melakukan pekerjaan besar apapun. Dia tidak menyadari, di sebelik kemengannya, ada orang-orang yang menderita, merutuki kekalahan yang tak mereka bayangkan sebelumnya.

Kepada pihak yang telah memberiku penghargaan, aku sampaikan terima kasih karena telah memilihku. Terima kasih juga kusampaikan kepada yang telah mengajariku menemukan kedalaman kata. Darimulah aku menemukan kedamaian kata-kataku kini. Kusadari ini masih jauh tertinggal dari pencapaianmu.

Kepada guru spiritualku yang mengingatkan ketika hati ini hendak tak mensyukuri atas kemenangan ini, terima kasih karena kehadiranmu meredam amarahku ketika mengetahui souvenir yang kuletakkan di kursi peserta raib entah digasak dedemit mana. Semoga dia bisa menerima atas kekalahannya, dan dibukakan hati, bahwa ini hanya permainan!

Setelah pertemuan semalam, aku akan menghilang. Perjumpaan itu adalah yang pertama dan terakhir kalinya. Aku akan menetap di sini, bercerita dengan siapapun yang singgah ke rumah ini, dari kamar gelap yang kututup rapat tanpa seorang pun tahu apa yang kulakukan. Bila haus, silakan ambil sendiri air minum di dapur. Anggap saja rumah ini sebagai rumah kalian. Maaf jika aku sebagai tuan rumah tak bisa melayani kalian.

Lanjutkan luka ....!

Sunday, November 12, 2006

Akhir Cerita

Seri Lomba Blog

Telah kunyatakan segala suasana hati melalui sederatan kata yang kupilih. Segala macam bentuk kucoba, namun tetap saja tak mampu merangkai sakit hatimu. Sekali lagi aku gagal meyakinkanmu untuk sebuah kata "maaf".

Kata-kata itu kini justru menikamku. Bukan maaf yang kau berikan, tapi kebencian yang kudapat. Pengakuanku ternyata malah membuatmu menutup pintu maaf yang sedianya akan kau bukakan untukku.

Pengakuanku justru membuka aib baru yang menambah kebencianmu padaku. Perihal yang kau duga sengaja kutup-tutupi. Kau lantas mengatakan aku sebagai pembohong!

Memang, aku sempat mengumpatmu. Dasar kau keras kepala. Berhati batu!

"Ya, memang kita tidak akan pernah cocok. Jika kau pun sudah menyadarinya, lalu untuk apa dipaksakan?" jawabmu ketika itu.

Kau tak akan pernah mengerti. Tak akan pernah. Kenapa aku masih mempertahankanmu. Karena aku ingin mencoba mengerti kamu. Tapi kau.....

"Aku memang nggak bisa mengerti kamu?" sautmu.

Sudahlah. Berbicara denganmu selalu saja berakhir dengan pertengkaran. Setiap kalimat yang kauucapkan meninggi. Entah siapa yang mulai. Dalam hati aku berkata, kau lebih keras kepala dari orang yang pernah kujumpai. Dia bisa berkompromi. Tapi kau, memang benar-benar bebal!"

Aku takkan melanjutkan lagi kata-kataku. Kuakhiri saja cerita ini sampai di sini. Semoga di lain waktu, dalam suasana hati yang berbeda, kau akan membacanya lagi. Hingga kau menyadari bahwa dalam diamku, aku pun terluka.

Dalam diam, aku telah memaafkan atas ketakmengertianmu itu.

Lanjutkan luka ....!

Wednesday, November 08, 2006

Yang Tak Kau Mengerti

Lomba Blog

"Aku muak....!!!"
"Kau nggak bisa dipercaya"
"Kenapa ini selalu kau ulangi"
"Berapa banyak perempuan yang telah kau sakiti dan berharap...."

Kau tak melanjutkan lagi. Air mata merembes dari lentik bulu matamu. Aku hendak mengangkat tanganku, menyeka wajahmu yang mulai sembab. Tapi kubatalkan. Biar saja kau tuntaskan amarah yang tengah membakar perasaanmu.

Ucapanmu siang itu masih membekas. Hingga kini masih terdengar, berulang-ulang memutar kepalaku.

Aku tak akan membatah semua ucapanmu. Kau berhak mengatakan itu. Tapi ada yang tak pernah kau tahu, kenapa aku melakukan semua ini. Dan aku tak akan mengatakannya. Aku telah memilih jalan ini. Sepahit apapun akan kujalani.

Kau sakit menyaksikan aku bersama perempuan lain. Kau sakit hati karena telah terlanjur berharap. Padahal sebelumnya telah mengatakan tak bisa memilihmu karena belum ingin menjalin hubungan untuk sementara waktu.

Tahukah kau, ketika aku telah memutuskan bersamanya waktu itu, aku pun tak akan memilihmu. Meski kini aku telah gagal menjalin hubungan dengannya, aku tak akan datang padamu. Ini yang tak kau mengerti, sama seperti tak mengertianku ketika waktu itu ternyata kau sudah ada rasa.

Tapi bukan cari aman jika kemudian aku memilih perempuan lain. Aku akan melanjutkannya jika memang aku menemukan kenyamanan dengannya, dengan perempuan yang bisa mengertiku. Dan satu lagi, jika aku bisa sepenuhnya untuknya.

Katakan saja apa yang ingin kau katakan tentangku. Aku tak akan membantah hingga diam itu akan membuatmu mengerti. Kudoakan semoga kau menemukan orang yang lebih baik dariku.


Lanjutkan luka ....!

Sunday, November 05, 2006

Memaafkan itu menyakitkan

seri Lomba Blog

Jika memaafkan menyakitkan, jangan kau lakukan. Ikuti saja kata hatimu, namun jangan kau bunuh perasaanmu. Jika kau masih membenciku, tak usah dipaksakan untuk mengatakan sayang. Kutahu betapa mendalam luka di hatimu. Kau pasti sakit atas semua perlakuanku padamu.

Kusadari, begitu berat kesalahanku untuk dimaafkan. Biarkan kemarahan itu berada diantara kerinduanmu. Biarkan waktu yang kan menguji. Seberapa besar sayangmu padaku. Atau kebencian yang akan membenamkan kerinduan.

Aku pun tak akan mengatakan sesuatu yang belum ada di hatiku. Kau tahu, hingga kini, aku belum menemukan keyakinan. Dari sekian pelabuhan yang kulewati, semuanya hanya menjadi persinggahan sementara.

Sejatinya, bisa saja aku melakukan sekadar untuk menyenangkanmu. Dan ini tidak teramat sulit bagiku. Aku bisa mendapatkan semuanya yang kuinginkan saat ini. Tanpa memaksa, kau bahkan dengan tulus memberikannya padaku. Tapi, itu pasti akan lebih menyakitkan, ketika kau sadari di akhir cerita.

Maka kukuatakan, jangan kau serahkan seluruh perasaanmu padaku. Aku pun tak akan sakit hati, jika kau akan membaginya ke orang lain.

Namun jika kini kau kecewa, dengan segala permohonan maafku, aku siap menanggung semua salahku. Tapi jika kau rela, biarkan aku menebus semua dosaku. Akan kusiapkan para penggantiku untukmu di surga.




Lanjutkan luka ....!

Friday, November 03, 2006

Sampai di sini

seri Lomba Blog

Inilah yang aku khawatirkan. Kau akan menuntutku meluangkan waktu lebih banyak untukmu. Padahal kau tahu, seharian ini aku capek bekerja. Kau juga tahu, kalau aku lagi bad mood.

Kalau sudah begini, bidadari datang pun akan kuacuhi. Tingkah manjamu juga tak mempan. Aku akan lebih memilih untuk sendiri. Tiduran atau ditemani beberapa batang rokok!

Aku memang salah jika akhirnya berlaku kasar padamu.

Tapi itulah aku, tak bisa untuk berpura-pura. Apalagi menunjukkan kemesraan di depan orang banyak. Bagiku asmara berada di ruang privat. Tidak untuk dipertontonkan. Cukup dinikmati dalam keintiman.

Berbeda denganmu, kau merasa nyaman dengan berjalan mesra berdua di depan orang-orang itu. Entah apa yang kau rasakan. Apakah kau butuh pengakuan. Kau butuh status.

Inilah ketidakcocokan kita. Dan aku tak akan menjadikanmu sebagai sumber masalah. Akulah masalah itu. Aku yang tidak bisa menyediakan lebih banyak waktu untukmu, hanya memikirkanmu seorang, berlaku romantis di setiap pertemuan....

Sebenarnya, aku pun menjalani setiap hubunganku dengan penuh beban.

Semoga kau mengerti. Aku tak ingin melanjutkan hubungan ini agar tak membebanimu. Aku ingin bebas, tidak terikat oleh dan dengan siapapun...


Lanjutkan luka ....!

Wednesday, November 01, 2006

Kesekian Kalinya....

seri Lomba Blog

Kau memelukku erat, seakan tak ingin berpisah dariku. Jantungku berdebar, berguncang hebat. Hatiku bersorak penuh kemengan. Kini kau takluk dalam pelukanmu. Kubisikkan diantara lembut rambutmu, aku pun tak ingin jauh darimu.

Tapi, wajahmu masih menunduk ketika kulerai kedua tanganmu. Kau kembali memelukku, membenamkan wajahmu sepenuh tenaga, terisak sejadi-jadinya. Ya Tuhan, aku baru saja melakukan kebodohan untuk yang kesekian kalinya.

Ketika kusadari, hatimu telah terlanjur hancur. Aku telah mengambil sesuatu yang selama ini kau jaga, kau tutup rapat.

Mungkinkah karena itu terjadi terlalu cepat. Usia hubungan kita belum seumur jagung. Buah yang masih teramat dini itu kupetik sebelum masanya memanen. Kau pun menyesalinya, ketika semuanya sudah terjadi.

"Kau telah mengambil segalanya. Semua yang kumiliki telah hilang. Aku tak bisa memaafkanmu," ucapmu.

"Sayang, aku tak bermaksud mempermainkanmu. Aku tak menduga jika kau akan bereaksi seperti ini. Bagiku itu hal biasa. Wajar. Aku melakukannya dengan penuh rasa sayang. Tapi jika kau merasa tak nyaman, anggap saja kau tak pernah melakukannya. Aku lah yang telah memaksamu. Jadi tak usah kau cemas telah mengingkari prinsip yang selama ini kau jaga rapat-rapat," jawabku.

"Aku tak bisa memaafkanmu. Entah kepan. Tapi, aku..... sayang kamu"

Itu, itu yang justru kecemaskan. Aku tak ingin rasa sayang itu tumbuh diantara kegamanganmu. Dan kau akan memutuskan, karena semua sudah terlanjur terjadi, maka kau harus denganku. Dan aku pun tak bisa menghindar darimu.

Aku tak akan membiarkan rasa itu tumbuh, kemudian mengakar. Namun saat ini, akan kuikuti perasaanmu, hingga keadaan kembali seperti sedia kala, kuakan menjauh darimu.

Maafkan, jika pada akhirnya akan melukaimu.




Lanjutkan luka ....!